logo

Google Antigravity: 5 Fitur Kunci IDE Agentic Generasi Baru

Bedah tuntas Google Antigravity, IDE berbasis Gemini 3 yang memakai agen otonom untuk mengubah cara kita membangun software.

Kyle ChungKyle Chung

TL;DR

Apa itu?

Google Antigravity adalah IDE agentic bertenaga Gemini 3 yang melampaui “chat dengan AI” dan fokus pada orkestrasi workflow dengan agen otonom.

Yang bagus:

Open Agent Manager memungkinkan eksekusi tugas paralel, dan Nano Banana adalah game-changer untuk menghasilkan UI secara instan.

Yang kurang:

Saat ini belum punya dukungan branching Git yang matang, jadi berisiko untuk repo enterprise besar.

Paling cocok untuk:

Solo founder yang ingin cepat ship MVP dan Senior Engineer yang ingin mengotomatisasi regression testing.

Rating total: 8.5/10


Sebulan lalu, Google DeepMind merilis keluarga model Gemini 3 yang luar biasa, bersamaan dengan Google Antigravity—sebuah IDE agentic baru. Google juga meluncurkan platform developer yang komprehensif, menampilkan fitur-fitur berbasis teknologi autonomous coding paling maju dari Google.

Saya sudah mencoba platformnya cukup intens, dan berikut 5 fitur teratas yang menurut saya paling bisa menaikkan produktivitas.

Di panduan ini, saya pisahkan use case untuk “pemula coding” (yang ingin mewujudkan ide dalam hitungan detik) dan Senior Software Engineer (yang butuh reliability, testing, dan arsitektur yang maintainable).

1. Open Agent Manager: “tenaga kerja” AI kamu

Open Agent Manager (editor)

Google Antigravity meninggalkan pola single chat window seperti di Cursor atau Windsurf. Dengan Open Agent Manager, kamu bisa membuat banyak agent dalam beberapa “Workspace” untuk menangani tugas secara paralel. Rasanya seperti melihat para “karyawan digital” dari bird’s-eye view.

Apa itu Workspace di Antigravity?
Kalau kamu familiar dengan VS Code workspace, Antigravity Workspace melangkah lebih jauh: setiap workspace bisa diberi agent AI khusus. Mereka bisa jalan paralel—sebanyak yang perangkatmu sanggup (cek dulu Google Antigravity system requirements).

  • Untuk pemula:
    • “Idea Factory”: jangan stop ngerjain landing page hanya untuk mulai bikin mobile app. Jalankan satu agent untuk desain logo, agent lain untuk backend. Kamu bisa “manifest” beberapa ide sekaligus tanpa kehilangan flow.
  • Untuk pro developer:
    • Micro-management (yang sehat): tugaskan “Junior Agent” untuk kerja repetitif seperti refactoring atau update dependency di background, sementara kamu pakai “Senior Agent” untuk pair-programming di logika kompleks.

Pendapat saya: 7.5/10

Saya cukup sering pakai fitur ini untuk develop dan hotfix bagian-bagian blog kami. Fitur agent paralel ini bikin nagih—secara literal kamu bisa handle banyak ticket sekaligus. Eksekusinya belum sempurna; agent memang pintar, tapi belum cukup pintar untuk semua situasi, dan belum adanya dukungan Git branch yang solid jadi minus besar. Tapi saat “klik”, akurasinya mengesankan.

2. Integrasi Nano Banana: estetika on demand

Tidak ada yang lebih merusak vibe daripada kotak placeholder abu-abu. Integrasi model Nano Banana memungkinkan Google Antigravity menghasilkan style UI dan aset gambar langsung di dalam editor.

Nano Banana Integration

(Apakah fitur ini akan “membunuh” Lovable? Setidaknya ini pesaing serius.)

  • Untuk pemula:
    • Instant Realization: kamu prompt: “Bikin website retro editorial fotografi ala 90-an.” AI bukan cuma bikin CSS—dia juga generate foto-foto yang cocok. Dari layar kosong ke prototype yang sudah deploy dalam hitungan detik.
  • Untuk pro developer:
    • High-fidelity mockups: tidak perlu menunggu aset dari tim desain. Kamu bisa generate gambar yang relevan untuk mengetes CLS, layout shift, dan responsive behavior, sehingga UI logic kamu terbukti kuat dengan konten real.

Pendapat saya: 10/10

Jujur, apa kamu benar-benar mau “menghakimi” kemampuan Nano Banana? Ini bisa dibilang model image generation paling advanced saat ini. Berbeda dengan platform “vibe coding” lain (misalnya Lovable) yang sering terasa seperti template Next.js + ShadCN generik, Antigravity menghasilkan aset yang unik. Dipadukan dengan kemampuan coding Gemini 3 Pro, hasilnya aplikasi yang nyata dan custom, bukan situs cookie-cutter. Ini fitur terbaik untuk pemula, hands-down.

3. Automated Browser Testing: agent yang bisa “klik”

Ini fitur paling standout untuk 2025. Google Antigravity memasang Chrome extension khusus agent yang memungkinkan agent membuka window, scroll, mengetik, klik, dan inspeksi console logs secara otonom.

Automated browser testing

Menurut dokumentasi resmi Google Developers Antigravity: “Fitur ini meningkatkan UX dengan memungkinkan user membatalkan percakapan dari browser, memindahkan fokus kembali ke Antigravity, dan bekerja paralel dengan browser agent.”

  • Untuk pemula:
    • “Pokoknya jalan”: kamu tidak mau mengetes form signup 50 kali. Cukup bilang: “Cek apakah login berfungsi.” Agent melakukan klik-kliknya. Kamu tetap di creative zone sementara agent mengurus QA yang membosankan.
  • Untuk pro developer:
    • Regression & debugging: ini mimpi untuk engineering yang serius. Agent bisa menjalankan Automated UI testing (E2E), menangkap error di console yang hanya muncul saat interaksi, dan auto-debug berdasarkan browser logs. Rasanya seperti punya QA engineer di dalam AI code editor kamu.

Pendapat saya: N/A

Sejujurnya saya belum menguji fitur ini secara mendalam. Saya masih pakai workflow tradisional: baca error code lalu perbaiki manual sampai akhir. Tapi ini pasti saya coba dan update setelahnya.

4. Planning Mode + contextual commenting

Sebelum menulis kode, Antigravity membuat Implementation Plan. Fitur killer-nya: kamu bisa highlight teks di plan (atau kode) lalu memberi komentar, seperti Google Docs.

Implementation Plan in Antigravity

  • Untuk pemula:
    • Art direction: highlight bagian plan lalu bilang, “Bikin bagian ini lebih ‘pop’,” atau “Ini terasa terlalu corporate.” Kamu iterasi “feel” aplikasi sebelum satu baris kode pun ditulis.
  • Untuk pro developer:
    • Architecture enforcement: ini mencegah “Lazy AI” problem. Kalau plan bilang “Pakai fetch request biasa”, kamu bisa highlight dan komentar: “Jangan. Pakai TanStack Query dengan caching.” Kamu tangkap kesalahan arsitektur sebelum membuang tokens.

Pendapat saya: 9/10

Fitur ini luar biasa. Pendapat jujur saya: Antigravity Agent jauh lebih kuat dibanding Gemini CLI. Untuk reasoning dan planning, dia selevel dengan Cursor agent, jadi saat ini termasuk yang terbaik di market.

5. “Walkthrough” + screenshots

Saat agent selesai mengerjakan tugas, dia memberikan “Walkthrough”. Artifact Antigravity ini berisi ringkasan perubahan yang jelas—task list, file changes, dan screenshot aplikasi yang sedang berjalan.

Walkthrough in Antigravity

  • Untuk pemula:
    • Dopamine hit: kamu dapat konfirmasi visual secara instan. Cukup scan screenshot untuk lihat apakah AI menangkap visi kamu. Kalau oke, lanjut ke ide berikutnya.
  • Untuk pro developer:
    • Audit trail: kamu dapat log persis file apa yang disentuh + bukti visual bahwa fiturnya bekerja. Ini bikin code review jauh lebih cepat karena kamu bisa lihat output sebelum membedah syntax.

Pendapat saya: 9/10

Saya suka fitur Walkthrough. Bukan cuma daftar file yang berubah; dia juga menjelaskan implementasi level tinggi dengan cara yang mudah dicerna. Ini jadi ringkasan sempurna tentang apa yang terjadi selama sesi.

Final Thoughts

Google Antigravity memposisikan diri sebagai tool yang unik di market AI developer tools.

Kalau kamu pemula, dia mengurangi friksi desain dan testing, sehingga kamu bisa ship lebih cepat. Kalau kamu developer, dia menawarkan kontrol, planning, dan debugging yang selama ini kurang di AI editor generasi sebelumnya.


🚀 Siap membangun dengan agents?

Download Google Antigravity dan mulai workflow agentic pertama kamu hari ini lewat portal resmi:
Build with Google Antigravity

Read More:

Panduan lain untuk membantu kamu mengimpor kode dari platform vibe coding ke alternatif VS Code seperti Google Antigravity:
Tutorial Zeabur